Meta induk perusahaan facebook mengumumkan inovasi baru mereka. Kali ini sebuah sistem translator speech-to-speech yang berbasis AI. Jadi, apa yang kalian ucapkan akan langsung diterjemahkan ke bahasa target. Menariknya, bahasa yang diterjemahkan adalah bahasa tak tertulis seperti Hokkien.
Hokkien sendiri adalah bahasa oral yang digunakan di seluruh Taiwan. Meskipun hasil terjemahannya masih kaku dan harus dalam satu kalimat penuh, diharapkan proyek yang menjadi bagian dari program Meta’s Universal Speech Translator (UST) itu akan terus berkembang seiring berjalannya waktu
Penerjemah berbasis AI biasanya hanya digunakan dalam berbentuk text saja, belum secara lisan. Namun para peneliti AI ini memberi ribuan kata-kata tertulis kepada AI agar dapat dipelajari secara mandiri.
We’re developing AI to help eliminate language barriers in the metaverse, so eventually you can talk to almost anyone with the help of real-time speech translations. 🗣️https://t.co/laNZKT7dV3 pic.twitter.com/SA2b6KfRpC
— Meta (@Meta) October 19, 2022
Tidak berarti mudah, kendala yang terjadi ialah terdapat 3.000 bahasa yang digunakan dalam dunia saat ini namun tidak memiliki sistem penulisan yang dapat diserap AI. hasilnya masih belum banyak bahasa yang bisa dilatih untuk AI, hanya bahasa-bahasa tertentu saja seperti Inggris dan Hokkien.
Penting untuk diketahui bahwasannya Hokkien menjadi salah satu bahasa yang dipelajari AI. Hokkien sendiri digunakan oleh 45 juta penutur di Daratan Cina, dan beberapa negara lain seperti Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Filipina.Selain itu, Hokkien menjadi bahasa lisan yang belum memiliki sistem penulisan standar secara resmi.
Teknologi kecerdasan buatan juga menjadi poin penting dalam machine learning yang diterapkan oleh Facebook. Sehingga bisa menerjemahkan kata-kata dalam bahasa baru.
Misalnya kombinasi bahasa antara Bengali, Hindi, Marathi, Nepal, Tamil, dan Urdu yang cukup sulit diterjemahkan. Termasuk menambahkan kosakata baru yang jarang diterjemahkan seperti bahasa Islandia-Nepal atau Sinhala-Jawa.